Senin, 05 Maret 2012

Komala Nonton Keumala


Senja ini bersama tetangga sehati menikmati popcorn sambil nonton :)
Popcorn habis tapi filmnya belum habis #Loohh
*apa.an sih ??
Mau puitis jadi miris gitu hehhe
...
Nama gue Komala dan senja sore tadi gue nonton Kuemala *hampir sama.an gitu namanya
Ketika film tersebut selesai maka Senja pun berakhir dan berganti hari.




SENJA. MOMEN ALAM paling indah.Setidaknya itu menurut Langit, sang fotografer. Awalnya senja cuma pelarianatas kekecewaannya terhadap masa lalunya Pelarian yang justru mengajarkannya banyak makna kehidupan. Jadilah ia mengadakan pameran foto bertema langit senja di sebuah kapal Siapa sangka, di kapal ia justru terlibat perdebatan menyebalkan yang mengusik idealismenya sebagai fotografer dengan seorang penulis dan pembuatsketsa yang cantik tapi kepala batu bernama Keumala.


Perdebatan-perdebatan ini justru membuat mereka semakin menuding sekaligus dekat dan saling memahami. Dan mungkin manjadi 'rasa'. Di kapal juga, dua manusia yang terbawa romantisme senja di kapal ini berkenalan dengan anak perempuan usil yang cerdas sekaligus optimis soal mimpinya menunggu ibu yang belum juga ditemukan paska tsunami Aceh

Di Sabang, Keumala justru dibenturkan lagi oleh pertanyaan-pertanyaan tentang cinta. Setelah ia mengetahui ia justru divonis menderita retinitis pigmentosa, sebuah penyakit menurun yang bisa berujung pada kebutaan.Keumala semakin membutuhkan jawaban apakah ia dicintai Langit?Sanggupkah ia menghasilkan karya jika ia buta? Apakah senja terindah itu berhasil ditemukan oleh Langit? Dapatkah semua pertanyaan-pertanyaan itu terjawab dengan cerita indah? Film Keumala hadir, mungkin tidak untuk menjawab semua pertanyaan tentang hidup. Tapi bisa jadi mengingatkan kita tentang nilai kesyukuran dan pentingnya tetap menjaga harapan 

Adegan percintaan  difilm ini ngga ada ciuman, benar-benar romance. Film ini menggambarkan cinta sejati, kedamaian, kebahagian, dan ketenangan. Dan satu lagi penggunaan bahasa sastra pun memperkaya dialog film Dalam film ini mereka membuka mata masyarakat bahwa Aceh itu indah dan aman, tidak hanya hal negatif saja. Dengan film ini orang ingin lebih tahu tentang Aceh

Ini neh benang merah yang gue dapet dari neh film :
kesan pertama, film ini puitis banget, penuh dengan narasi berbunga-bunga dari karakter si nadia vega.
ditambah lagi banyak scene-scene indah sepanjang film .
kekuatan film ini di situ, dan sialnya sekaligus jadi kelemahannya, karena engga semua orang kuat nikmatin film 'indah' macam ini.

mengulangi kesalahan film hafalan shalat delisa dulu,
untuk sebuah film bersetting aceh, 2 cast utama yang sepanjang film justru berdialog dengan bahasa indonesia baku ber-aku-kamu.
tapi paling engga di film ini ada cast yang bener-bener orang aceh/ bisa bahasa aceh (karakter anak kecil bernama inong),
dan film ini lebih niat dikit untuk actually shooting di sabang beneran.

dilihat dari end credit title film ini sepertinya salah satu tujuan film ini dibuat adalah untuk mempromosikan pariwisata di sabang juga


"Seandainnya aku tidak buta aku tidak akan meninggalkan siapapun.
Seandainya aku tidak buta aku tidak akan membohongi siapapun termasuk diri sendiri

*Aku tidak ingin menyakiti hati mu kalau kita tidak mempertaruhkan hati kita masing-masing





Tidak ada komentar:

Posting Komentar